Cinta. Sunyi itu kini milikku. Sepi
itu kini hidupku. Sendiri itu kini laju kakiku. Setiap hari aku tak pernah lepas
dengan air mata yang selalu menetes di sela-sela pipiku. Kini itulah cara
peneneng hatiku yang aku lakukan demi mengingat kehidupan laluku. Tapi apakah
kau sedemikian rupa? Jika ia, engkaulah celah hidupku.
Tak pernah lupa adalah ingatanku
padamu. Tapi aku tak bisa sepenuhnya seperti itu. Aku harus hidup sesuai
lingkunagan hidupku. Begitu pula engkau jangan pernah lupakan habitatmu itu.
Jika kau lupa, cukuplah hidupku memandangmu, cukuplah dengan telinga aku
melihat itu semua. Tak usah mata dan pikirankku. Sebab keduanya itu pasti
menyatu menjadi kesimpulan. Aku tak
mungkin keheranan jika itu semua terjadi. Itu hal lumrah bagiku.sudah
banyak aku menyimpulkan suatu kejadian, dan itu sangat tepat aku tebak.
Tapi tegakah jika kau sedemikian
rupa dibelakangku? tak ada aku disampingmu, tak ada pengingat langkahmu setiap
waktu. Aku tak mungki melihatmu, tak mungkin mendengar tentangmu. Sungguh itu
semua jauh dari kemungkinan. Cukuplah aka dengan berpikir tentang hidupmu.
Komentar
Posting Komentar